Bercermin
Di sebuah kota kecil yang dipenuhi dengan keajaiban, hiduplah seorang gadis bernama Mawar. Mawar selalu merasa dirinya harus cocok dengan orang lain. Ia kerap mengikuti gaya hidup, cara berpakaian selebriti yang ia anggap cantik.
Suatu hari, Mawar sedang berpergian ke sekolah. Ia mengenakan seragam yang dihiasi dengan perhiasan semerbak serta gaya rambut yang mengikuti idolanya. Ia segera masuk ke ruang kelas dan duduk di bangku nomor dua paling depan. Tiba-tiba saja dia berteriak “boo” terhadap teman sebangkunya. Gadis yang ia kejutkan pun langsung melepaskan suara teriakan.
“Aaaghh” cetus gadis itu.
“Ih reaksi kamu beneran bosenin” Kata Mawar
“K-kenapa sih kamu harus jahat banget, aku baru baca buku tau” Gadis itu bergumam
Gadis itu adalah Ningrum, teman dekat Mawar. Tidak seperti Mawar, gadis itu adalah seseorang yang sangat lugu dan kutu buku. Layaknya bumi dan langit, Ningrum tidak pernah mengikuti tren yang Mawar sukai tetapi entah kenapa mereka menjadi sahabat yang dekat.
“Ningrum kamu sedang baca apa?” Kata Mawar sambil mencoba melirik buku milik Ningrum
“Ahhh ini, buku ini tentang catatan para penjelajah dari abad pertengahan”
“Kamu ini beneran aneh ya, kenapa kamu baca buku setebal itu?”
Ningrum pun hanya membiarkan Mawar mengoceh dan melanjutkan membaca buku.
Sembilan jam kemudian bel pulang sekolah pun berhenti, Mawar segera bersiap-siap pulang dengan tergesa-gesa.
“Ningrum ayo cepat! Kita harus pergi ke rumah misterius itu aku ingin tahu apa isi dari rumah aneh itu!” Kata Mawar sambil menarik pundak Ningrum
“I-iya sabar Mawar, nanti kita juga sampai kok buat apa tergesa-gesa”
“Lama sekali kamu ini, sudah tidak sabar aku”
Sambil pundaknya ditarik Ningrum tiba-tiba berhenti berjalan. Ia menatap mata Mawar dengan tatapan yang serius.
“Mawar, aku ingin bertanya tentang sesuatu”
“Apa itu? Tiba-tiba sekali”
“Kamu yakin ingin hidup seperti ini terus?”
“Kenapa?”
“Berapa uang yang kamu habiskan untuk menjadi idola kamu? Kenapa kamu selalu ingin menjadi dia?”
Mawar pun termenung, ia tidak bisa menjawab pertanyaan Ningrum. Ia melanjutkan menarik tangan Ningrum menuju tempat yang ingin mereka kunjungi.
“Kamu lama banget sih, ayo cepat keburu malam nanti”
Sesampainya mereka disana, Ningrum tiba-tiba merasa gemetaran. Mulai dari tangan sampai kakinya, ia tidak dapat menggerakkan badannya sama sekali. Tiba-tiba pundaknya ditepuk oleh seseorang.
“HEY”
Ningrum pun berteriak
“AAAHHH!”
“Kamu ini penakut ya, ayo masuk” Ternyata tepukan itu berasal dari Mawar yang sangat bersemangat.
Sesampainya mereka masuk mereka pun melihat keadaan sekitar. Mawar yang bersemangat pun mulai menyentuh barang-barang antik. Barang-barang itu terlihat berdebu yang memiliki banyak sarang laba-laba, tiada satu pun barang yang terlihat bersih dari debu. Disamping barang itu terdapat sebuah cermin yang memiliki tinggi kurang lebih 1,5 meter. Cermin tersebut dikelilingi frame yang terbuat dari emas. Karena keindahan cermin tersebut Mawar akhirnya menuju cermin tersebut.
“Ningrum lihat cermin itu! Terlihat sangat antik! Mungkin itu peninggalan dari zaman kerajaan” Cetus Mawar sambil bersemangat.
“Baik-baik, jangan aneh-aneh ya Mawar dasar pengidap ADHD”
“Kamu ini terlalu hati-hati, dasar Ningrum”
Hal aneh pun terjadi saat mereka bercermin di depan cermin tersebut. Bayangan Ningrum menggambarkan Ningrum itu sendiri, namun tidak untuk banyangan Mawar. Banyangan Mawar mencerminkan manusia tanpa wajah yang hanya memiliki mulut.
“AAAGHH APA INI” Teriak Mawar.
“M-mawar kenapa wajahmu di cermin itu-” Ningrum tidak sanggup melanjutkan perkataannya
“S-siapa kamu?! Kenapa kamu ada di dalam cermin!”
Hal yang tidak terduga pun terjadi, bayangan Mawar pun berbicara dengan suara yang mirip dengan Mawar.
“Aku adalah Mawar”
“K-kenapa kamu tidak sama seperti diriku?”
“Aku adalah wujud di dalam dirimu Mawar”
“K-kenapa bayangan Ningrum tampak normal?”
“Karena Ningrum mencerminkan diri sendiri, tidak seperti dirimu yang kehilangan jati diri”
“Kamu ini sebenarnya apa?”
“Aku adalah cermin ajaib dari abad 18, aku dapat memproyeksikan bagaimana suatu individu terlihat dari dalam”
Mawar pun menangis. Tangisan Mawar lumayan keras sampai sweater yang ia gunakan sedikit basah. Disaat ia menangis Ningrum pun memeluk Mawar dengan erat. Sambil memeluk Mawar Ningrum juga mengelus rambut Mawar.
“Sshhtt sudah Mawar, jangan menangis”
“T-tapi Ningrum, aku ini bukan siapa-siapa”
“Kamu adalah Mawar, kamu bukan selebriti yang kamu idamkan! Kamu adalah individu yang berbeda!”
“T-tapi aku benci diriku sendiri”
“Tidak apa-apa, kamu juga bisa cinta diri sendiri kok. Kamu bisa menjadi dirimu yang berwarna”
“T-tapi bagaimana?”
“Lakukan hal yang kamu sukai, tidak semua hal itu harus kamu lakukan hanya demi fit-in dengan idola kamu”
“Berarti aku harus berhenti menjadi idola dia?”
“Bukan seperti itu Mawar, kamu masih dapat menjadi idola dia tetapi kamu tidak perlu menjadi dia. Kamu hanya perlu menjadi diri sendiri”
Mawar akhirnya melepaskan lensa kontak yang ada di matanya. Ia pun membalas pelukan Ningrum dengan erat.
“Aku benci memakai lensa kontak ini, aku ini hanyalah orang bermata hitam seperti orang Asia pada umumnya”
“Gitu dong, aku bangga dengan perubahan kamu”
Setelah berpelukan mereka pun keluar dari rumah tersebut.
“Aku berjanji akan menjadi diri sendiri! Aku tidak akan menjadi orang lain karena aku adalah Mawar!” Teriak Mawar.